air terjun NDOLO - Kediri - Jawa Timur

Rabu, 03 Maret 2010

CANDI SINGOSARI - MALANG - JAWA TIMUR

CANDI SINGOSARI
Candi Singosari sebenarnya merupakan contoh sebuah bangunan candi yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan Meskipun demikian, pada candi ini tersimpan suatu karya seni yang tinggi, terutama seni arca. Di candi inilah ditemukan puncak kesenian Indonesia purba.
Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Berdiri megah di sebuah lembah di antara Gunung Bromo dan Gunung Arjuna pada ketinggian sekitar +500 meter d.p.l.
Nama candi ini disebut-sebut dalam Kitab Nāgarakĕrtāgama Pupuh 37:7 dan 38:3, juga dalam Prasasti Gajah Mada (1351 Masehi) yang ditemukan di halaman candi,sebagai tempat pendharmaan raja Singhasāri terakhir yang wafat pada tahun 1292 Masehi.
Bangunan candi terletak pada sebuah kompleks yang luasnya sekitar 8 hektar (200 x 400 meter. Di dalam kompleks itu terdapat juga sisa fondasi bangunan, runtuhan bangunan Candi Papak dan Candi Ringgit, dan sejumlah arca batu. Candi Papak dan Candi Ringgit letaknya sekitar 300 meter ke arah baratdaya Candi Singosari.
Apabila kita menuju ke Singosari dari arah baratlaut, di sebelah kiri dan kanan jalan masuk, ditemukan sepasang arca raksasa yang tingginya 3,70 meter. Dekat kedua arca itu terdapat sebidang tanah lapang yang disebut alun-alun.
Dengan ditemukannya dua arca raksasa di dekat alun-alun, beberapa pakar menduga bahwa daerah itu dulunya merupakan pusat kerajaan Singhasāri. Arca raksasa biasanya ditempatkan dekat dengan keraton atau dekat pintu masuk halaman candi.
Konon, ketika arca itu hendak diangkat untuk ditempatkan pada lantai beton, arca itu tidak
dapat diangkat. Tetapi di malam hari, barulah arca itu dapat diangkat dan dipindahkan. Oleh
sebab itu, ketika akan diangkat pada siang hari, mata arca tersebut ditutup dengan kain.
1 Candi Singosari ditemukan pada awal abad ke-20 dalam keadaan sudah rusak,terutama pada bagian puncak atap menara. Pada tahun 1934 candi itu mulai dipugar. Untuk keperluan itu, candi tersebut dibongkar sampai ke bagian kakinya, kemudian dibangun kembali selapis demi selapis. Karena bagian yang hilang cukup banyak, perbaikan jadi tidak sempurna. Candi itu hanya dapat dibangun kembali sampai atap tingkat dua.
Pembangunan kembali hingga mendapatkan bentuk yang seperti sekarang kita lihat selesai
tahun 1936.
Bangunan Candi Singosari seluruhnya dibuat dari batu andesit dengan arah hadapnya ke barat. Denahnya berbentuk bujursangkar dengan ukuran 14 x 14 meter dan tinggi 15 meter. Bangunan ini terdiri atas tingkat yang terbawah atau batur, kaki-candi yang tinggi, tubuh yang langsing, dan bagian atap yang berbentuk limas. Kaki-candi dibangun di atas batur yang tingginya 2 meter. Di atas batur itu yang tinggi itu berdiri kaki candi yang dibuat cukup tinggi. Pada bagian kaki candi itulah terdapat bilik-bilik candi dan bangunan penampilnya. Pada bangunan penampil yang ada pada masing-masing sisi terdapat relung untuk menempatkan arca. Relung ini bagian atasnya terdapat hiasan kepala kala yang belum selesai dikerjakan. Bangunan penampil biasanya terdapat pada bagian tubuh.
Bangunan penampil yang ditemukan pada keempat sisi juga terdapat pada bagian tubuh candi. Namun relung yang terdapat pada bagian tubuh ini berukuran lebih kecil dan tidak terlalu dalam. Di bagian atas relung juga terdapat hiasan kepala kala. Hiasan kala yang terdapat di sini telah selesai dikerjakan.
Dari undak-undak sisi barat, dapat dicapai bagian atas batur yang merupakan selasar untuk mengelilingi kaki candi. Undak-undak itu berhubungan dengan bangunan penampil dan bilik tengah (ruang utama) candi. Di dalam bilik tengah itu terdapat lingga 2 dan yoni. Di bagian bawah lantai bilik tengah terdapat sistem parit. Di sebelah kiri dan kanan jalan masuknya terdapat relung-relung kecil yang di dalamnya terdapat arca Mahākāla dan Nandīśwara. Bilik-bilik lain yang dapat dimasuki melalui selasar keliling pada batur, dulunya berisi arca Durgā (bilik utara), Ganeśa (bilik timur), dan Śiwa-Guru (bilik selatan). Arca Durgā dan Ganeśa sudah hilang, sedangkan arca Śiwa-Guru masih ada.
Candi Singosari dulunya tidak berdiri sendiri. Di sebelah selatan masih di dalam lingkungan candi terdapat sebuah batur fondasi.
Mungkin di atas batur itu terdapat bangunan kecil yang dibuat dari bahan yang mudah rusak. Pada salah satu bangunan candi yang terdapat di dalam kompleks percandian terdapat arca Prajñāpāramitā, dewi kebijaksanaan dalam agama Buddha, yang sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Arcaarca lain yang ditemukan dari runtuhan bangunan yang terdapat di sekitar Candi Singosari adalah arca Ganeśa, Chakrachakra (Bhairawa),Brahmā, Tŗnawindu, dan Agastya.
Arca Durgamahisasuramardini.
Chakrachakra adalah nama yang terdapat pada bagian belakang arca dalam bentuk Bhairawa ini, Śiwa dalam bentuk sedang marah. Nama lengkapnya mungkin Chakrachakreśwara, sesosok dewa yang berdiri di atas srigala dengan tangannya memegang tombak bermata tiga, pisau besar, gendang tangan (moko ?), dan tengkorak manusia. Bagian badannya penuh dengan hiasan tengkorak manusia.
Sayang hingga kini seluruh arca, kecuali arca Prajñāpāramitā, masih berdomisili di negara lain, yakni di Royal Tropical Institute, Belanda, sehingga hanya kalangan tertentu yang dapat menikmatinya. Itupun hanya melalui foto. Padahal arca itu merupakan hasil karya seni yang tinggi yang layak menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia.
Paling tidak, arca-arca itu dapat menambah kejelasan bahwa Candi Singosari memang sebuah tempat pendharmaan bagi Raja Kertanagara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar